Sabtu, 12 September 2015

LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI EKSPERIMEN

 vLAPORAN PRAKTIKUM
PSIKOLOGI EKSPERIMEN

Nama eksperimenter  : Enno Fitrianti
Nomor Mahasiswa      : 1300013202
Nama Subjek              :
Jenis Kelamin             : Perempuan
Umur                           :  Tahun
Pendidikan                  : Mahasiswa
Nama Eksperiman      : Transfer of learning
Nomor Eksperimen    : IV
Tanggal Eksperimen   : Senin, 1 Desember 2014
Waktu                          : 12:30-02:30 WIB
Tempat Eksperimen    : Laboratorium Psikologi Fakultas Psikologi
Universitas Ahmad Dahlan

I.       PROBLEM
Apa yang kita pelajari sebelumnya akan mempengaruhi belajar kita sekarang. Transfer of learning terjadi ketika pengetahuan atau ketrampilan pada suatu tugas ditransfer pada tugas yang baru.
Suatu tugas dapat mempengaruhi tugas yang lain, dapat terjadi jika antara hal yang dipelajari dengan hal-hal yang baru yang akan dipelajari terdapat unsur-unsur yang sama dan karena unsur-unsur yang telah dikenal itulah yang menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru. Bagaimana perbedaan hasil belajar, yang sebelumnya diberi tugas memasukkan bola dengan tugas menghafalkan pasangan kita.

II.      DASAR TEORI
Di dalam teori Skinner, pembelajaran sering kali muncul sebagai proses bertahap dimana organisme harus bertindak untuk bisa belajar sesuatu. Organisme memancarkan respons-respons, yang secara bertahap dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi mereka. Namun begitu, Bandura (1962) berpendapat bahwa di dalam situasi-situasi sosial, manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati tingkah baru. Mereka tampaknya bisa memperoleh sebagian besar segmen tingkah laku baru ini sekaligus hanya melalui pengamatan saja.
Kekuatan dari pembelajaran lewat pengamatan ini terdokumentasikan dengan baik di dalam literatur-literatur antropologis (Bandura dan Walter,1963). Pembelajaran tanpaa coba-coba (no rtial lerning) memperoleh tingkah laku yang baru seluruhnya alam sekejap hanya dengan mengamati. Dia tidak perlu jatuh bangun lewat proses belajar trial and error yang sangat berbeda-beda di tiap respons kecilnya. Jika tingkah laku baru dicapai hanya melalui pengamatan, maka pembelajaran seperti ini bisa dikatakan bersifat kognitif.
Pengamatan juga mengajarkan kita sejumlah konsekuensi yang memungkinkan dari sebuah tingkah laku baru, kita memerhatikan apa yang akan terjadi saat orang lain mencobanya. Bandura menyebut proses ini vicarious reinforcement (penguatan lewat pengamatan yang empatik, merasa seolah-olah kita yang melakukannya). Penguatan seperti ini termasuk di dalam proses kognitif, kita merumuskan ekspektasi terhadap hasil dari tingkah laku tanpa bertindak langsung dari kita sendiri.
Pembelajaran lewat pengamatan ini, yang dibagi Bandura menjadi empat sub proses.
1.   Proses Perhatian. Pertama-tama, kita tidak bisa mengimitasi sebuah model kecuali kita memberikan perhatian yang cukup kepada model tersebut. Model-model sering kali menarik perhatian kita karena mereka berbeda, atau karena mereka memiliki pemikat berupa keberhasilan, prestise, kekuasaan atau kualitas kemenangan lainnya (Bandura,1971). Televisi secara khusus berhasil dalam menyajikan permodelan ini karena menunjukkan karakteristik tertentu yang sanggup memberikan pengaruh kuat bagi hidup kita (Bandura,1977). Namun perhatian juga diatur oleh karakteristik psikologis pengamatnya seperti kebutuhan dan minat mereka meski sedikit apa yang bisa diketahui tentang variabel-variabel yang demikian.
2.   Proses retensi. Karena kita sering mengegimitasi model-model setelah beberapa saat mengamatinya, maka kita harus sanggup mengingat tindakan-tindakan mereka tertentu yang sanggup dalam bentuk simbol. Bandura (1971) melihat proses simbolik ini dari kacamata hubungan stimulus yang serempak (stimulus contiguity), yaitu asosiasi di antara stimuli yang muncul secara bersamaan.
            Bandura (1971, dengan mengasosiasikan peristiwa tersebut lewat kode-kode verbal.
3.   Proses Reproduksi Motorik. Untuk mereproduksi tingkah laku secara akurat, kita harus memiliki kemampuan motorik yang butuhkan.
4.   Proses penguat dan motivasi. Bandura, seperti para belajar kognitif lain sebelum dia (Tolman, 1948), membedakan antara perolehan (acquisition) dan pelaksanaan (performance) respon-respon baru. Kita bisa mengamati sebuah model, kemudian memperoleh pengetahuan baru, namun belum sanggup mempraktikkan respon-respon tersebut.
Pelaksanaaan respon, akhirnya, diatur juga oleh penguatan diri sendiri, yaitu pengevaluasi atas apa yang sudah dilakukan. Kita akan membahas proses ini di bagian berikutnya.
Adapun teori-teori of learning, yakni sebagai berikut :
1.   Generalisai
Menurut teori ini transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk  menangkap stuktur pokok , pola dan prinsip umum. Bila seorang siswa mampu menangkap konsep, kaidah dan prinsip untuk memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu mula-mula diperoleh. Maka siswa itu katakan mampu mengadakan ‘’generelisasi’’ yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah hal yang khusus. Generelisasi semacam itu sudah terjadi bila siswa membentuk konsep, kaidah, prinsip dan siasat-siasat pemecahan problem. Jadi kesamaan antara dua bidang studi tersebut. Tidak terletak dalam unsur-unsur khusus melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan dalam prinsip
2.   Teori elemen identik
Pandangan ini diperoleh oleh Edwar Thorndike yang mengatakan bahwa transfer belajar dari pengalaman hidup sehari-hari terjadi berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama (identik) dalam kedua bidang studi itu. Makin banyak unsur yang sama maka akan semakin besar terjadinya transfer belajar. Dengan kata lain terjadinya transfer belajar sangat tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsure-unsur. Menurut teori ini hakekat transfer belajar adalah pengalihan dari penguasaan suatu tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya unsure-unsur yang sama semakin besar terjadinya transfer belajar positif.
                   Adapun factor-faktor yang berperan dalam transfer belajar, yaitu sebagai berikut
1.             Proses belajar
2.             Hasil belajar
3.             Bahan atau bidang-bidang studi
4.             Faktor-faktor subyektifitas dipihak siswa
5.             Sikap dan usaha guru.

III.    HIPOTESIS
Ada pengaruh transfer of learning dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
IV.    DESAIN EKSPERIMEN
Desain eksperimen yang digunakan adalah two independent group design yaitu desain eksperimen yang memberikan penugasan yang berbeda pada dua kelompok eksperimen.

V.     PROSEDUR
A.    Material
1.    Bola tenis
2.    Keranjang
3.    Daftar pasangan kata (lampiran 4)
4.    Lembar observasi (lampiran 3)
B.    Prosedur Pelaksanaan
1.    Seluruh eksperimentee diminta untuk memasuki ruangan, eksperimentee diiundi dibagi menjadi dua kelompok secara random.
2.    Kelompok 1 diminta melempar bola ke dalam keranjang dengan jarak 3 meter dari keranjang secara bergiliran. Hanya mereka yang lemparannya masuk kedalam keranjang yang diberi skor. Skor diberikan termasuk pada mereka yyang dapat memasukkan bola ke dalam keranjang tapi keluar lagi.
3.    Masing- masing eksperimentee melakukan 10 lemparan bola. Untuk lima lemparan bola pertama (seri A), subjek harus langsung melempar bola ke dalam keranjang tanpa memantul di lantai dulu. Kalau bola memantul terlebih dahulu tidak mendapat skor. Untul lemparan ke 6 sampai 10 (seri B), masing- masing eksperimentee harus melempar bola ke dalam keranjang, dengan memantulkan bola sekali dan bola masuk ke dalam keranjang.
4.    Eksperimentee dari kelompok 2 dipersilahkan keluar ruangan. Eksperimentee diminta untuk menghafalkan daftar pasangan kata.
5.    Etika semua eksperimentee kelompok 1 selesai dengan tugasnya, kelompok 2 diminta memasuki ruangan. Eksperimentee kelompok 2 diminta melempar bola ke dalam keranjang dengan memantulkan bola sekali dan bola masuk ke dalam keranjang (seri B), sebanyak 5 lemparan.

VI.    PENCACATAN HASIL
1.    Eksperimenter mengamati dan mencacat jumlah lemparan yang masuk dari masing-masing eksperimentee
2.    Eksperimenter bersama-sama dalam satu kelompok mengumpulkan catatan waktu hasil eksperimen dari seluruh eksperimentee.








3.    Pencatatan Hasil Kelompok mengikuti tabel berikut :
Kelompok 1
Kelompok 2
Eksperimentee
Jumlah lemparan
yang masuk
Eksperimentee
Jumlah lemparan yang masuk
Seri A
Seri B
Seri B
Anggi
1
0
Arum
0
Puji
0
0
Tata
0
Rika
0
1
Nenik
1
Annisa
1
0
Vita
0
Dimas
0
1
Novita
1
Elmi
1
2
Gina
1
Total
3
4

3














VII.  ANALISA HASIL
Test Statisticsb

Skor
Mann-Whitney U
16.500
Wilcoxon W
37.500
Z
-.267
Asymp. Sig. (2-tailed)
.789
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.818a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan uji maan whitney u test, maka diperoleh hasil P = 0,789. Karena P(0,789) > 0,05, maka dapat di simpulkan bahwa hasilnya dalah tidak signifikan yang artinya tidak ada pengaruh perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2

VIII. DISKUSI
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dengan uji maan whitney u test, maka diperoleh hasil P = 0,789. Karena P(0,789) > 0,05, maka dapat di simpulkan bahwa hasilnya dalah tidak signifikan yang artinya tidak ada pengaruh perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini ditunjukkan pada kelompok 1 yang melalui proses belajar terlebih dahulu jumlah lemparan yang masuk ke dalam keranjang memiliki skor sama dengan kelompok 2 yang tidak melalui proses belajar terlebih dahulu. 
Hal ini dapat saja terjadi ditinjau dari beberapa aspek. Seperti kurang jelasnya instruksi dari eksperimenter yang dapat membuat eksperimentee salah dalam menjalankan intruksi, kondisi eksperimentee saat menjalankan eksperimen dan lainnya. Selain itu, semakin siap individu atau seseorang mengalami proses belajar dan tidak mengalami proses belajar akan sangat berpengaruh pada kinerja individu tersebut.
Di dalam teori Skinner, pembelajaran sering kali muncul sebagai proses bertahap dimana organisme harus bertindak untuk bisa belajar sesuatu. Organisme memancarkan respon-respon, yang secara bertahap dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi mereka. Akan tetapi, Bandura (1962) berpendapat bahwa di dalam situasi-situasi sosial, manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati tingkah baru. Mereka tampaknya bisa memperoleh sebagian besar segmen tingkah laku baru ini sekaligus hanya melalui pengamatan saja.
Kekuatan dari pembelajaran lewat pengamatan ini terdokumentasikan dengan baik di dalam literatur-literatur antropologis (Bandura dan Walter,1963). Pembelajaran tanpaa coba-coba (no rtial lerning) memperoleh tingkah laku yang baru seluruhnya alam sekejap hanya dengan mengamati. Dia tidak perlu jatuh bangun lewat proses belajar trial and error yang sangat berbeda-beda di tiap respons kecilnya. Jika tingkah laku baru dicapai hanya melalui pengamatan, maka pembelajaran seperti ini bisa dikatakan bersifat kognitif.

IX.    KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara proses transfer of learning terhadap hasil belajar. Maka hipotesis yang menyatakan ada pengaruh transfer of learning dalam menyelesaikan tugas yang di berikan tidak diterima.

X.     OBSERVASI DALAM EKSPERIMEN
Nama :
Selama praktikum berjalan testee terlihat agak kaku, sering tersenyum dan sering bertanya, seolah-olah kurang paham dengan tes yang di berikan oleh tester dan sering menoleh kearah tester seakan-akan kurang percaya diri.
XI.    KEGUNAAN SEHARI-HARI
1.   Berlatih logika sejak dini
Selama ini logika yang diajarkan di sekolah hanya sebatas pengenalan pengajuan preposisi dan cara penarikan kesimpulan, padahal logika tidak sekedar itu. Di pondok pesantren logika yang biasa disebut dengan mantiq, diajarkan sejak dini melalui lagu-lagu. Belajar dari pasentren kita mencoba mengajarkan logika sejak dini juga kepada pelajar. Kita mencoba mengajarkan logika sejak dini juga kepada pelajar.
2.   Memberikan nama
Berlatih memberi nama dapat dimulai dari bercerita tentang ide atau pengalaman pelajar. Media yang digunakan di sini adalah diskusi.
Sebuah buku pernah menceritakan tugas unik yang diberikan oleh guru TK kepada muridnya. Murid-murid ditugaskan untuk keluar kelas selama 15 menit untuk mengamati sesuatu yang menarik baginya, kemudian diharapkan kelas masing-masing anak disuruh untuk bercerita tentang apa yang mereka amati dan pendapat mereka tentangnya.
      3.   Para penemu atau eksperimenter menggunakan transfer belajar untuk memperbaiki kekurang sempurnaan dari hal yang sedang ia teliti atau yang sedang ia kembangkan.



Yogyakarta, Senin, 01 Desember 2014
Eksperimenter
Enno Fitrianti
Nilai :
Asisten : Ais Noor Hidayati

                                              DAFTAR PUSTAKA


Crain, Willam. (2014). Teori Perkembangan.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Slavin, Robert. E. (2011). Psikologi Pendidikan. Jakarta Barat : PT Indeks

Widiana, H. S., Kushartati, S.& Pranungsari, D. (2014). Buku Petunjuk Praktikum
 Eksperimen. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.