PSIKOLOGI
EKSPERIMEN
Nama
eksperimenter : Enno Fitrianti
Nomor
Mahasiswa : 1300013202
Nama
Subjek :
Jenis
Kelamin : Perempuan
Umur : Tahun
Pendidikan : Mahasiswa
Nama
Eksperiman : Transfer of learning
Nomor
Eksperimen : IV
Tanggal
Eksperimen : Senin, 1 Desember 2014
Waktu : 12:30-02:30 WIB
Tempat
Eksperimen : Laboratorium Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas
Ahmad Dahlan
I. PROBLEM
Apa yang kita pelajari sebelumnya akan mempengaruhi
belajar kita sekarang. Transfer of
learning terjadi ketika pengetahuan atau ketrampilan pada suatu tugas
ditransfer pada tugas yang baru.
Suatu tugas dapat mempengaruhi tugas yang lain, dapat
terjadi jika antara hal yang dipelajari dengan hal-hal yang baru yang akan
dipelajari terdapat unsur-unsur yang sama dan karena unsur-unsur yang telah
dikenal itulah yang menghubungkan pengetahuan lama dengan pengetahuan baru.
Bagaimana perbedaan hasil belajar, yang sebelumnya diberi tugas memasukkan bola
dengan tugas menghafalkan pasangan kita.
II. DASAR
TEORI
Di dalam teori
Skinner, pembelajaran sering kali muncul sebagai proses bertahap dimana
organisme harus bertindak untuk bisa belajar sesuatu. Organisme memancarkan
respons-respons, yang secara bertahap dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi
mereka. Namun begitu, Bandura (1962) berpendapat bahwa di dalam situasi-situasi
sosial, manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati
tingkah baru. Mereka tampaknya bisa memperoleh sebagian besar segmen tingkah
laku baru ini sekaligus hanya melalui pengamatan saja.
Kekuatan dari
pembelajaran lewat pengamatan ini terdokumentasikan dengan baik di dalam
literatur-literatur antropologis (Bandura dan Walter,1963). Pembelajaran tanpaa
coba-coba (no rtial lerning)
memperoleh tingkah laku yang baru seluruhnya alam sekejap hanya dengan mengamati.
Dia tidak perlu jatuh bangun lewat proses belajar trial and error yang sangat berbeda-beda di tiap respons kecilnya.
Jika tingkah laku baru dicapai hanya melalui pengamatan, maka pembelajaran
seperti ini bisa dikatakan bersifat kognitif.
Pengamatan
juga mengajarkan kita sejumlah konsekuensi yang memungkinkan dari sebuah
tingkah laku baru, kita memerhatikan apa yang akan terjadi saat orang lain
mencobanya. Bandura menyebut proses ini vicarious
reinforcement (penguatan lewat pengamatan yang empatik, merasa seolah-olah
kita yang melakukannya). Penguatan seperti ini termasuk di dalam proses
kognitif, kita merumuskan ekspektasi terhadap hasil dari tingkah laku tanpa
bertindak langsung dari kita sendiri.
Pembelajaran
lewat pengamatan ini, yang dibagi Bandura menjadi empat sub proses.
1.
Proses Perhatian. Pertama-tama,
kita tidak bisa mengimitasi sebuah model kecuali kita memberikan perhatian yang
cukup kepada model tersebut. Model-model sering kali menarik perhatian kita
karena mereka berbeda, atau karena mereka memiliki pemikat berupa keberhasilan,
prestise, kekuasaan atau kualitas kemenangan lainnya (Bandura,1971). Televisi
secara khusus berhasil dalam menyajikan permodelan ini karena menunjukkan
karakteristik tertentu yang sanggup memberikan pengaruh kuat bagi hidup kita
(Bandura,1977). Namun perhatian juga diatur oleh karakteristik psikologis
pengamatnya seperti kebutuhan dan minat mereka meski sedikit apa yang bisa
diketahui tentang variabel-variabel yang demikian.
2.
Proses retensi. Karena
kita sering mengegimitasi model-model setelah beberapa saat mengamatinya, maka
kita harus sanggup mengingat tindakan-tindakan mereka tertentu yang sanggup
dalam bentuk simbol. Bandura (1971) melihat proses simbolik ini dari kacamata
hubungan stimulus yang serempak (stimulus
contiguity), yaitu asosiasi di antara stimuli yang muncul secara bersamaan.
Bandura
(1971, dengan mengasosiasikan peristiwa tersebut lewat kode-kode verbal.
3.
Proses
Reproduksi Motorik. Untuk mereproduksi tingkah laku secara akurat, kita harus
memiliki kemampuan motorik yang butuhkan.
4.
Proses
penguat dan motivasi. Bandura, seperti para belajar kognitif lain sebelum dia
(Tolman, 1948), membedakan antara perolehan (acquisition) dan pelaksanaan (performance) respon-respon baru. Kita
bisa mengamati sebuah model, kemudian memperoleh pengetahuan baru, namun belum
sanggup mempraktikkan respon-respon tersebut.
Pelaksanaaan respon, akhirnya, diatur
juga oleh penguatan diri sendiri, yaitu
pengevaluasi atas apa yang sudah dilakukan. Kita akan membahas proses ini di
bagian berikutnya.
Adapun
teori-teori of learning, yakni sebagai berikut :
1. Generalisai
Menurut teori
ini transfer belajar lebih berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk menangkap stuktur pokok , pola dan prinsip
umum. Bila seorang siswa mampu menangkap konsep, kaidah dan prinsip untuk
memecahkan persoalan maka siswa itu mempunyai bekal yang dapat ditransferkan ke
bidang-bidang lain diluar bidang studi dimana konsep, kaidah dan prinsip itu
mula-mula diperoleh. Maka siswa itu katakan mampu mengadakan ‘’generelisasi’’
yaitu mampu menangkap ciri-ciri atau sifat-sifat umum yang terdapat dalam sejumlah
hal yang khusus. Generelisasi semacam itu sudah terjadi bila siswa membentuk
konsep, kaidah, prinsip dan siasat-siasat pemecahan problem. Jadi kesamaan
antara dua bidang studi tersebut. Tidak terletak dalam unsur-unsur khusus
melainkan dalam pola, dalam struktur dasar dan dalam prinsip
2.
Teori
elemen identik
Pandangan
ini diperoleh oleh Edwar Thorndike yang mengatakan bahwa transfer belajar dari pengalaman hidup sehari-hari terjadi
berdasarkan adanya unsur-unsur yang sama (identik) dalam kedua bidang studi
itu. Makin banyak unsur yang sama maka akan semakin besar terjadinya transfer belajar. Dengan kata lain
terjadinya transfer belajar sangat
tergantung dari banyak sedikitnya kesamaan unsure-unsur. Menurut teori ini
hakekat transfer belajar adalah pengalihan
dari penguasaan suatu tertentu pada bidang studi yang lain, makin banyak adanya
unsure-unsur yang sama semakin besar terjadinya transfer belajar positif.
Adapun
factor-faktor yang berperan dalam transfer belajar, yaitu sebagai berikut
1.
Proses
belajar
2.
Hasil
belajar
3.
Bahan
atau bidang-bidang studi
4.
Faktor-faktor
subyektifitas dipihak siswa
5.
Sikap
dan usaha guru.
III. HIPOTESIS
Ada pengaruh transfer of learning dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan.
IV. DESAIN
EKSPERIMEN
Desain eksperimen yang digunakan adalah two independent group design yaitu desain
eksperimen yang memberikan penugasan yang berbeda pada dua kelompok eksperimen.
V. PROSEDUR
A.
Material
1.
Bola
tenis
2.
Keranjang
3.
Daftar
pasangan kata (lampiran 4)
4.
Lembar
observasi (lampiran 3)
B.
Prosedur
Pelaksanaan
1.
Seluruh
eksperimentee diminta untuk memasuki ruangan, eksperimentee diiundi dibagi
menjadi dua kelompok secara random.
2.
Kelompok
1 diminta melempar bola ke dalam keranjang dengan jarak 3 meter dari keranjang
secara bergiliran. Hanya mereka yang lemparannya masuk kedalam keranjang yang
diberi skor. Skor diberikan termasuk pada mereka yyang dapat memasukkan bola ke
dalam keranjang tapi keluar lagi.
3.
Masing-
masing eksperimentee melakukan 10 lemparan bola. Untuk lima lemparan bola pertama
(seri A), subjek harus langsung melempar bola ke dalam keranjang tanpa memantul
di lantai dulu. Kalau bola memantul terlebih dahulu tidak mendapat skor. Untul
lemparan ke 6 sampai 10 (seri B), masing- masing eksperimentee harus melempar
bola ke dalam keranjang, dengan memantulkan bola sekali dan bola masuk ke dalam
keranjang.
4.
Eksperimentee
dari kelompok 2 dipersilahkan keluar ruangan. Eksperimentee diminta untuk
menghafalkan daftar pasangan kata.
5.
Etika
semua eksperimentee kelompok 1 selesai dengan tugasnya, kelompok 2 diminta
memasuki ruangan. Eksperimentee kelompok 2 diminta melempar bola ke dalam
keranjang dengan memantulkan bola sekali dan bola masuk ke dalam keranjang
(seri B), sebanyak 5 lemparan.
VI. PENCACATAN
HASIL
1.
Eksperimenter
mengamati dan mencacat jumlah lemparan yang masuk dari masing-masing
eksperimentee
2.
Eksperimenter
bersama-sama dalam satu kelompok mengumpulkan catatan waktu hasil eksperimen
dari seluruh eksperimentee.
3.
Pencatatan
Hasil Kelompok mengikuti tabel berikut :
Kelompok
1
|
Kelompok
2
|
|||
Eksperimentee
|
Jumlah
lemparan
yang
masuk
|
Eksperimentee
|
Jumlah
lemparan yang masuk
|
|
Seri
A
|
Seri
B
|
Seri
B
|
||
Anggi
|
1
|
0
|
Arum
|
0
|
Puji
|
0
|
0
|
Tata
|
0
|
Rika
|
0
|
1
|
Nenik
|
1
|
Annisa
|
1
|
0
|
Vita
|
0
|
Dimas
|
0
|
1
|
Novita
|
1
|
Elmi
|
1
|
2
|
Gina
|
1
|
Total
|
3
|
4
|
|
3
|
VII. ANALISA
HASIL
Test
Statisticsb
|
|
|
Skor
|
Mann-Whitney
U
|
16.500
|
Wilcoxon
W
|
37.500
|
Z
|
-.267
|
Asymp.
Sig. (2-tailed)
|
.789
|
Exact
Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
|
.818a
|
a. Not
corrected for ties.
b.
Grouping Variable: Kelompok
|
Berdasarkan hasil analisis data yang
dilakukan dengan uji maan whitney u test,
maka diperoleh hasil P = 0,789. Karena P(0,789) > 0,05, maka dapat di
simpulkan bahwa hasilnya dalah tidak signifikan yang artinya tidak ada pengaruh
perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2
VIII. DISKUSI
Berdasarkan
hasil analisis data yang dilakukan dengan uji maan whitney u test, maka
diperoleh hasil P = 0,789. Karena P(0,789) > 0,05, maka dapat di simpulkan
bahwa hasilnya dalah tidak signifikan yang artinya tidak ada pengaruh perbedaan
yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2. Hal ini ditunjukkan pada kelompok 1 yang
melalui proses belajar terlebih dahulu jumlah lemparan yang masuk ke dalam keranjang memiliki skor sama dengan kelompok 2 yang tidak melalui proses belajar terlebih dahulu.
Hal ini
dapat saja terjadi ditinjau dari beberapa aspek. Seperti kurang jelasnya instruksi
dari eksperimenter yang dapat membuat eksperimentee salah dalam menjalankan
intruksi, kondisi eksperimentee saat menjalankan eksperimen dan lainnya. Selain itu, semakin siap
individu atau seseorang mengalami proses belajar dan tidak mengalami proses
belajar akan sangat berpengaruh pada kinerja individu tersebut.
Di dalam teori
Skinner, pembelajaran sering kali muncul sebagai proses bertahap dimana
organisme harus bertindak untuk bisa belajar sesuatu. Organisme memancarkan
respon-respon, yang secara bertahap dibentuk oleh konsekuensi-konsekuensi
mereka. Akan tetapi, Bandura (1962) berpendapat bahwa di dalam situasi-situasi
sosial, manusia sering kali belajar jauh lebih cepat hanya dengan mengamati
tingkah baru. Mereka tampaknya bisa memperoleh sebagian besar segmen tingkah
laku baru ini sekaligus hanya melalui pengamatan saja.
Kekuatan dari
pembelajaran lewat pengamatan ini terdokumentasikan dengan baik di dalam
literatur-literatur antropologis (Bandura dan Walter,1963). Pembelajaran tanpaa
coba-coba (no rtial lerning)
memperoleh tingkah laku yang baru seluruhnya alam sekejap hanya dengan
mengamati. Dia tidak perlu jatuh bangun lewat proses belajar trial and error yang sangat berbeda-beda
di tiap respons kecilnya. Jika tingkah laku baru dicapai hanya melalui
pengamatan, maka pembelajaran seperti ini bisa dikatakan bersifat kognitif.
IX. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat
disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara proses transfer
of learning terhadap hasil belajar. Maka hipotesis
yang menyatakan ada pengaruh transfer of learning dalam menyelesaikan tugas yang di berikan tidak
diterima.
X. OBSERVASI
DALAM EKSPERIMEN
Nama
:
Selama praktikum berjalan testee
terlihat agak kaku, sering tersenyum dan sering bertanya, seolah-olah kurang
paham dengan tes yang di berikan oleh tester dan sering menoleh kearah tester
seakan-akan kurang percaya diri.
XI. KEGUNAAN
SEHARI-HARI
1.
Berlatih
logika sejak dini
Selama ini logika yang diajarkan di
sekolah hanya sebatas pengenalan pengajuan preposisi dan cara penarikan kesimpulan,
padahal logika tidak sekedar itu. Di pondok pesantren logika yang biasa disebut
dengan mantiq, diajarkan sejak dini
melalui lagu-lagu. Belajar dari pasentren kita mencoba mengajarkan logika sejak
dini juga kepada pelajar. Kita mencoba mengajarkan logika sejak dini juga
kepada pelajar.
2.
Memberikan
nama
Berlatih
memberi nama dapat dimulai dari bercerita tentang ide atau pengalaman pelajar.
Media yang digunakan di sini adalah diskusi.
Sebuah buku pernah menceritakan tugas
unik yang diberikan oleh guru TK kepada muridnya. Murid-murid ditugaskan untuk
keluar kelas selama 15 menit untuk mengamati sesuatu yang menarik baginya,
kemudian diharapkan kelas masing-masing anak disuruh untuk bercerita tentang
apa yang mereka amati dan pendapat mereka tentangnya.
3. Para penemu atau eksperimenter menggunakan transfer belajar untuk memperbaiki
kekurang sempurnaan dari hal yang sedang ia teliti atau yang sedang ia
kembangkan.
Yogyakarta, Senin, 01
Desember 2014
Eksperimenter
Enno Fitrianti
Nilai :
Asisten : Ais Noor Hidayati
DAFTAR PUSTAKA
Crain,
Willam. (2014). Teori Perkembangan.Yogyakarta
: Pustaka Pelajar
Slavin,
Robert. E. (2011). Psikologi Pendidikan.
Jakarta Barat : PT Indeks
Widiana,
H. S., Kushartati, S.& Pranungsari, D. (2014). Buku Petunjuk Praktikum
Eksperimen. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad
Dahlan.